Sedekat Apakah Dirimu dengan Barang-Barangmu?

gelang karet: image by google

Saya adalah seorang yang gemar menyimpan barang-barang. Terlebih lagi jika barang itu memiliki cerita yang sangat berarti dalam hidup saya. Bisa dikatakan, barang-barang saya adalah saksi bisu perjalanan hidup saya sejauh ini. Kebanyakan barang yang saya miliki adalah barang yang remeh-temeh (jika dilihat dari kaca mata orang lain). Sebut saja, mainan kartu bergambar kartun yang saya miliki sejak masa sekolah dasar. Lalu ada pula buku diary yang terpaksa saya beli dan saya isi saat saya kelas 3 SD (karena perintah dari wali kelas). Soal hal ini, saya sudah pernah menceritakannya di sini:Buku Diary, dan Aku dan masih banyak lagi barang-barang lain yang tersimpan rapi di lemari penyimpanan.

By the way, kenapa sih saya bercerita soal barang jadul? Karena.. barusan aja, gelang karet yang saya miliki telah putus secara tiba-tiba. Tepat ketika saya sedang di depan laptop. Kenangan saya bersama gelang karet yang sederhana ini pun langsung berputar diotak saya. Oh iya, ini gambar gelangnya yang baru saja putus, hehe.

Sedikit mengenang perjalanan kisah saya bersama gelang karet. Gelang ini saya beli pertama kali di saat saya kelas 2 SMP. Saya beli di abang-abang mainan dekat sekolah negeri. Jaraknya seratus meter dari sekolah SMP saya. Kala itu jumlah gelangnya cukup banyak, berkisar tujuh buah. Melihat jumlahnya yang agak banyak, saya merasa risih sendiri haha. Akhirnya saya kurangi jadi lima buah yang dipakai. 

Singkat cerita, suatu hari gelang saya dilihat oleh adiknya nenek saya. Beliau datang dari Palembang untuk liburan idul fitri di Jakarta. Samar-samar saya ingat, beliau berkata "Eeeii keren kali gelang kau tuh, mau lah nyai satu, biar sama kerennya dengan kau." Mendengar ucapannya itu saya terkekeh dan malu sendiri. Padahal jelas sekali gelang ini adalah gelang murah dan biasa aja. Tapi caranya melihat gelang tersebut, membuat saya rela memberikan dua gelang kepada beliau. FYI, adiknya nenek saya ini bisa dibilang sosok nenek gaul nan tomboi perawakannya. Maka dari itu, beliau senang bukan kepalang saat menerima gelang dari saya. Nampak bertambah gaul saja gayanya hahaha. Setelah diberikan, gelang saya pun tersisa tiga buah.

Seiring berjalannya waktu, satu persatu gelang saya mulai putus. Baik itu karena kecelakaan kecil, hingga putus tanpa sebab. Karena sudah waktunya untuk putus. Hingga sampailah pada gelang terakhir, yang akhirnya mencapai limit untuk putus dari pergelangan tangan saya. Tidak menyangka, gelang terakhir ini telah menggenapkan akhir kebersamaan kita selama 10 tahun belakangan (2011-2021). 

salah satu jenis gelang Emo yang pernah saya miliki tapi sudah rusak dan hilang. Image by: aliexpress

Oiya, kenapa saya pakai gelang ini? Karena pada masanya dulu, gelang tersebut sedang digandrungi anak muda untuk bergaya ala-ala Emo. Saya pun tertarik mencobanya karena ikut-ikutan teman hhe. Tapi teman saya lebih niat, dia sampai masangin paku payung berbentuk kotak di gelang, sepatu dan tasnya. šŸ˜… Saya juga sempat cobain juga di gelang tapi ga lama, karena terlalu mencolok dan terlihat 'berandalan' banget. Akhirnya saya lepas lagi paku payungnya wkwkšŸ˜ƒ. Alasan lainnya karena mendapat kritik dari orang tua dan membuat saya kembali pakai gelang yang polosan.

Sebenarnya saya punya beberapa jenis gelang, tapi gelang karet ini terbilang sering saya pakai dan awet karena bahannya karet hhe. Tidak perlu perawatan khusus untuk merawatnya. Dan yang terpenting, saya gak perlu repot-repot lepas gelang tersebut saat mandi. Males banget kalau harus copot gelang dulu tiap mau mandi iihh. Jadi ya gelang inilah yang paling lama menemani saya.

Yahhh kira-kira seperti itu cerita kedekatan saya dengan barang (gelang). WKWKWKWKWK kalau ceritamu dengan barang kesayangan gimana? Share dong dikolom komentar.. Terima kasih ya sudah membaca cerita unfaedah ini hehehe.. semoga gak kapok šŸ˜†

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Tipografi

Cara Menghilangkan Tampilan "Welcome to Nginx"

Foto Buku Tahunan