Menjadi Orang Dewasa

Menjadi orang dewasa memang tidak semudah dan semenyenangkan yang kita pikirkan. Saat kita masih kecil dulu, kita ingin cepat-cepat dewasa agar bisa melakukan banyak hal tanpa kekangan. Namun kini, rasanya mustahil jika melihat dunia orang dewasa dengan kaca mata yang indah saja. Ya.. karena kita sudah terlanjur jatuh dan tertampar oleh realita yang sebenarnya. Manis, getir, pahit, sudah menjadi makanan sehari-hari dalam diri orang dewasa.
Image by: tenor.com
Menjadi orang dewasa, membuat kita lebih banyak berpikir realistis dan perlahan mematikan daya imajinatif karena kesibukan dalam mencari satu hal yaitu uang. Karena uang, banyak orang yang mengubur mimpi dan cita-citanya dalam-dalam. Namun masih ada pula orang-orang yang terus berjuang meraih impian mereka, tak peduli apa kata orang lain. Terdengar sedikit idealis memang.

Walaupun begitu, menjadi orang dewasa bukanlah suatu hal yang buruk. Di fase ini, mau tidak mau, suka tidak suka, harus kita jalani sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Menjadi orang dewasa yang ‘dewasa’ menuntun kita dalam menjalani hidup secara waras. Tentunya, proses menjadi dewasa juga tidak mudah. Perlu banyak pengalaman dan pengetahuan yang terbentuk dari hasil evaluasi diri.

Menjadi orang dewasa, kita bebas memilih jalan hidup, dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang telah kita buat. Tak jarang, kita mulai bertanya kembali arti hidup ini dan keberadaan kita di dunia. Perlahan, kita mulai mencari makna kehidupan kita masing-masing. Ada yang memutuskan mengabdi pada masyarakat, ada yang ingin membahagiakan keluarga tercinta, ada yang ingin mengabdi pada negara, ingin menjaga kelestarian alam dan lain sebagainya. Semua berjuang, dalam mewujudkan tujuan-tujuannya.
Image by: newlifewichita.com
Menjadi orang dewasa menurut gue adalah, membuat gue tersadar bahwa hidup ini bergerak dengan cara yang ajaib. Ada beberapa kejadian yang tidak bisa diterima logika, karena berkaitan dengan hukum alam dan kuasa Tuhan. Ketika gue lulus kuliah, melihat dunia rasanya tidak sama lagi. Gue sempat kehilangan arah dan tujuan hidup. Hampir menyerah karena berkali-kali gagal interview kerja, dan menunggu dengan harap-harap cemas akan panggilan interview yang tak kunjung datang.

Gue mulai meragukan diri gue sendiri dan potensi yang ada di dalam diri. Sempat terlintas dalam pikiran, “Apa cuma gue, yang mengalami hal ini?” “Kenapa nasib gue gini banget sih?” Ternyata, problematika gue nggak jauh berbeda dengan teman-teman kuliah yang lain. Kita masih mencari, menunggu dan bingung sendiri. Ditambah lagi, dengan keadaan saat ini. Wabah virus COVID-19 yang muncul tiba-tiba dan merusak semua rencana. Hmm.. tunggu. Emangnya gue punya rencana ya? Hahaha.

Walaupun begitu, gue cukup bersyukur akan beberapa hal. Gue sempat dapat job iklan layanan masyarakat di awal tahun, sempat magang tiga bulan di sebuah Digital Marketing Agency, lalu sempat mencoba kelas-kelas online gratis, yang dibuka saat awal PSBB diberlakukan. Di tengah kondisi yang tidak stabil ini, gue yang belum punya pendapatan tetap pun akhirnya memutuskan untuk berjualan online di marketplace, dan menjadi freelancer . Walau orderan masih bisa dihitung jari hehe.

Bagaimana kisah selanjutnya? Kita lihat saja nanti, ke mana takdir ini akan membawa kita ke petualangan hidup yang tak pernah disangka-sangka. Yaahh.. bukankah kita hidup hanya berpindah dari satu takdir ke takdir berikutnya? Hehee.. Kalau menurutmu gimana? Tulis yuk, dikolom komentar di bawah ini. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Tipografi

Cara Menghilangkan Tampilan "Welcome to Nginx"

Foto Buku Tahunan