Harapan Palsu atau Sesaat?



Kau datang dengan membawa banyak harapan,
mendekati diriku, dengan penuh kehangatan,
kamu itu, datang dengan tiba-tiba mengagetkan hatiku,
semua perhatianmu, kasih yang kamu berikan terlihat begitu amat natural,
hati ini sedikit bimbang awalnya, keraguan menyelinap masuk relung hati ku,
semua yang kau beri begitu amat manis, begitu amat berkesan bagi diriku,
semula ku menyadari, mungkin hanya sesaat, yaa hanya manis yang sesaat.
kau datang dengan manis, lalu amat manis, dan akhirnya kau pergi menyisakan kepahitan.

Dugaan ku benar, sangat amat benar 101%
kamu, kamu yang pandai ber-akting, mengapa tidak ikut casting dan menjadi bintang film?
mengapa harus hatiku, yang harus kau permainkan?
hati ini hanyalah sebuah hati, sedikit sensitif, namun juga peka.
semua perlakuanmu selama ini, sebenarnya itu apa? sebuah permainan sesaat?
hati ini kau ibaratkan sebuah mainan? naas. Dirimu sangat menyedihkan,
Kau sebenarnya sedang berpetualang mencari cinta, atau kau memang belum mendapatkan cinta sejati?
sekelumit pertanyaan datang menghampiriku, di sela-sela kesakitan hati.

Aku tak tau isi pikiranmu, begitu mudahnya mempermainkan cinta,
mungkin kau tidak berada di posisiku sekarang, mungkin esok, lusa, dan yang akan datang,
kau akan merasakan berada di posisiku, yaa berada di posisi yang menyesakkan.
Kalau kata orang, kau itu seperti mengajak ku bermain hysteria, awalnya pelan-pelan, dan tenang,
lalu di jatuhkan dengan kecepatan berkali lipat.
kau memberikan kemanisan, membuat diri ini melayang bagaikan di kayangan, lalu ketika mencapai puncak, kau menjatuhkan ku dengan amat keras, yaa dari kayangan langsung jatuh ke tanah yang amat sangat keras.
hati ini hancur berkeping-keping, diri ini tidak stabil, pikiran ku kalut.
aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, aku dibuat terjerumus dalam suasana yang menyedihkan.

Sejenak ku berfikir, dia yang datang dengan tiba-tiba, lalu pergi pun tanpa pamit.
untuk apa ku meratapi semuanya? toh dia tidak memikirkan diri ini se- persenpun.
kalau diriku masih seperti ini, sama saja aku menyakiti diri sendiri,
Bangkit. Kata itu lalu datang menghampiri ku, membuat ku berfikir panjang dengan kata bangkit.
Yaa, aku harus bangkit, bangkit dari ke-terpurukan ini, menjadi diriku kembali dengan sepenuhnya,
biarkan semua itu menjadi pelajaran berharga, dalan cerita cintaku.

Move on ya kakaaa, SEMANGAT kamu pasti bisa :)) haha

-Fauziah.Az-


Komentar

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, silakan Anda share dan jangan lupa untuk menautkan link blog ini ya :) Terima kasih.

Postingan populer dari blog ini

Puisi Tipografi

Cara Menghilangkan Tampilan "Welcome to Nginx"

Foto Buku Tahunan